icon
Akses berita terupdate se-indonesia lewat aplikasi TRIBUNnews

Sejarah Pempek Megaria Sejak 1989 di Menteng: Berawal dari Coba-coba Mahasiswa UI Bisnis Kuliner

Editor: Yogi Gustaman
Sosok Rudianto, Pemilik Pempek Megaria di area kompleks Bioskop Metropole, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (14/8/2020).
Sosok Rudianto, Pemilik Pempek Megaria di area kompleks Bioskop Metropole, Menteng, Jakarta Pusat pada Jumat (14/8/2020).

Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Satrio Sarwo Trengginas

TRIBUNJAKARTA.COM, MENTENG - Di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, tepatnya di area pujasera kompleks bioskop Metropole, terdapat Pempek Megaria yang sudah ada sejak tahun 1989.

Kepopuleran pempek Megaria bermula dari hasil coba-coba Rudianto (55) dalam berwirausaha di kala bangku mahasiswa.

Sebab, ia tak tertarik berkarir di dunia kerja. Meski pilihannya itu membuatnya molor kuliah tetapi kenekatannya malah bikin Rudi sukses.

Mahasiswa UI Fakultas Ekonomi tingkat akhir itu memilih merintis usaha kuliner pempek di tengah skripsi pada tahun 1989.

"Akhir masa kuliah udah bikin usaha, karena mungkin waktu banyak karena tinggal skripsi. Tertarik juga kerja karena teman-teman dulu sudah mulai parttime bahkan ada yang udah lulus. Merasa tertinggal aja," ujarnya saat ditemui TribunJakarta.com pada Jumat (14/8/2020).

Rudi juga berasal dari keluarga dengan latar belakang bisnis. Ayahnya, membuka bisnis percetakan foto film. Sepulang sekolah, Rudi suka membantu ayahnya di toko.

Mulai Usaha

Pempek dipilih karena menurutnya mudah dibuat. Ada keinginan Rudi mengenalkan makanan asli daerahnya di Ibu Kota.

Lokasi usaha dipilih di area bioskop Megaria berawal dari hasil pengamatan sepintas di jalan.

Kala itu, Rudi, mahasiswa jurusan manajemen yang "tembak langsung" dari Palembang seringkali pergi ke kawasan Blok M, Melawai, Jakarta Selatan dari indekosnya di Kramat, Kwitang, Jakarta Pusat.

Lezatnya Sroto Banyumas di Tebet Jakarta Selatan: Rasa yang Otentik sampai ke Jepang

Ini Sejarah Nama Es Teler di Indonesia: dari Celetukan Mahasiswa UI

Manis Kental Es Teler Pertama di Indonesia Sejak 1970-an: Ada di Samping Bioskop Metropole

Dalam perjalanan di dalam bis kota, ia melihat sejumlah kios kosong di area gedung bioskop Megaria, yang kini sudah berganti nama Metropole.

Jiwa bisnisnya membuncah ketika melihat kios kosong di sana karena berada di pinggir Jalan Raya Diponegoro. Saat itu juga jalan itu masih dua arah sehingga gampang dilihat orang.

Harga sewanya juga tak begitu tinggi untuk ukuran mahasiswa. Ia mulai merintis usaha pempeknya di sana dengan nama Pempek Megaria dibantu modal ibunya.

Dalam merintis usahanya, ia awalnya mengajak seorang pedagang pempek dari Palembang.

Namun, tak bertahan lama karena pedagang itu tak bisa meninggalkan keluarganya di kampung.

"Saya ajak pedagang pempek asli Palembang ke Jakarta. Tapi enggak berlangsung lama karena dia punya keluarga bukan jomblo. Sekitar 2 sampai 3 bulan saja kerjanya,"lanjut Rudi.

Baru awal buka, Rudi malah sudah banyak kedatangan pembeli. Pembeli kebanyakan berasal dari mahasiswa, pengunjung bioskop dan pegawai rumah sakit Cipto Mangunkusumo yang tak jauh dari gedung bioskop.

Pempek Megaria kian populer dari mulut ke mulut. Rudi menjual aneka pempek mulai dari pempek kapal selam, lenjer, kulit, kriting, dan adaan.

Pesan Secara Daring

Kini Pempek Megaria memiliki banyak menu tambahan di antaranya pindang patin, laksan dan mie celor. Minumannya juga beraneka macam ada es cendol, es teh susu, es kopi susu, es campur dan es kacang merah.

Bila anda ingin ke sana, letak posisi sudah pindah tak lagi menghadap jalan Diponegoro, Pempek Megaria agak menjorok ke belakang Bioskop Metropole menyatu dengan pujasera.

Pempek kapal selam di Pempek Megaria

Nikmatnya Bakso Cendana di Menteng Jakarta Pusat

Mengudap Sego Pecel dengan Balutan Roti Tortilla di Pecel Catchang Burritos

Warteg Warmo Legendaris Sejak 1969 di Tebet Jakarta Selatan

Ia juga membuka layanan secara daring dengan tiga tempat pick up point. Ada di area Bioskop Metropole, Kwitang, dan Pondok Labu.

Rudi bersyukur seorang perantau seperti dia bisa mempertahankan usaha pempek sampai saat ini. Bahkan, disukai pelanggan secara turun temurun.

Pernah suatu ketika, pelanggannya bernostalgia masa muda kepada anaknya di Pempek Megaria.

"Dia cerita ke anaknya "Bapak dulu jadian di sini", itu cerita-cerita yang saya suka dengarnya. Ada rasa bersyukur kita bisa survive sampai sekarang," pungkasnya.

Sumber: Tribun Jakarta